Sabtu, 24 Agustus 2013

Aku Diperawani Muridku [Part 5]

“Sekarang, giliran Erina yang gerak, ya?” pinta Rendy yang segera kurespon dengan senang hati.
Goyangan maju-mundur pantatku pun menjemput dan mempermainkan penisnya dalam vaginaku. Aku merasa lega karena setidaknya vaginaku masih bisa merasakan kenikmatan dari persetubuhanku dengan Rendy. “Erina, ayo lihat cerminnya lebih dekat!” kembali aku menuruti perintah Rendy. Wajahku kudekatkan pada cermin itu sehingga cermin itu mengembun akibat hembusan nafasku. Aku bisa melihat pantatku yang kini bergerak maju-mundur dan ekspresi nikmat di wajah Rendy.

“Erina suka lihat cerminnya?”
“Iyaa… wajah Erina cantiik… eeghh… dan nakaal…”
“Jadi, Erina cewek yang nakal yaa?” tanyanya sedikit menggodaku sambil menghentakkan penisnya secara tiba-tiba di vaginaku.
“Aww… iyaa… Erina memang nakaal…” celotehku tanpa pikir panjang.
“Bagaimana, rasanya enak tidak dientot, Erina?”
“Mmm… aah…enaak… nikmaaat… Erina sukaa…”
“Kalau begitu, boleh kan kalau Rendy mengentoti Erina lagi?” selorohnya.
“Boleeh… Erina… auuh… boleh dientot Rendy… kapaan saja… Erina kan… sudah jadi… pengantin Rendy… oh…” jawabku yang sekarang sudah sepenuhnya takluk oleh Rendy.
“Kalau begitu, Erina tidak boleh selingkuh dengan orang lain ya?”
“Iyaa… ooh… Rendy sayaang… Erina cuma mau dientot Rendy sajaa… nggak mau sama cowok laiin…” secara otomatis aku menyatakan kesetiaanku pada Rendy.

Rendy terus mempermainkan mentalku sambil mempermalukanku. Anehnya, dipermalukan sedemikian rupa, malah semakin merangsangku dan aku semakin mempercepat gerakan pantatku walaupun sendi-sendi paha dan pinggangku terasa ngilu akibat kelelahan. Akhirnya Rendy mencengkeram pinggulku dan menghentikan pergerakanku.
“Rendyy… kenapaa?” tanyaku penuh kekecewaan.
“Sekarang giliranku ya, Erina?” aku hanya mengangguk pelan mengiyakan permintaan Rendy.
Ada untungnya juga bagiku karena tubuhku sudah amat lelah dan aku juga merasa aku tidak bisa melanjutkan gerakanku lebih lama lagi. Rendy kembali menggerakkan pinggulku maju-mundur dengan cepat sehingga aku semakin kewalahan.

Dengan nakalnya, Rendy melesakkan jari telunjuknya kedalam lubang pantatku. Tidak seperti tadi, anusku yang sekarang sudah amat becek akibat lelehan cairan cintaku yang sekarang juga meluber ke anusku. Lubang pantatku dengan mudahnya menelan jari telunjuk Rendy sehingga kembali rasa perih yang sedikit nikmat melanda anusku. Jari telunjuk itu lalu digerakkan seirama dengan gerakan penisnya di vaginaku sehingga aku semakin tenggelam dalam kenikmatanku.

Desahan-desahanku semakin keras karena sensasi di selangkanganku saat ini dimana penis Rendy masih terbenam dalam vaginaku, sementara jari telunjuknya berputar-putar menjelajahi isi pantatku apalagi saat jarinya mempermainkan saraf di sekitar lubang pantatku. Saat aku mengejan, Rendy malah semakin memasukkan jarinya lebih dalam kedalam pantatku sehingga sensasi rasa geli dan sakit di anusku kian menjadi.

Aku semakin kewalahan dengan rasa nikmat yang datang menguasai tubuhku apalagi aku bisa merasakan otot-otot tubuhku yang menegang lebih keras dari sebelumnya, aku mengepalkan tanganku dengan keras menahan desakan dari dalam tubuhku. Namun sekuat-kuatnya aku berusaha menahan diri, akhirnya pertahananku runtuh juga.
“Ahhk… aah… AKHHH!!!” dengan diiringi teriakanku, orgasmeku kembali meledak.
Aku merasakan vaginaku berdenyut keras seolah menyempit dan penis Rendy semakin terjepit erat di dinding kewanitaanku. Tubuhku langsung dialiri oleh ledakan rasa nikmat dan kelegaan yang luar biasa.
“OOKH… Erinaa…” Merasakan sensasi jepitan vaginaku saat orgasme, Rendy akhirnya tidak bisa menahan dirinya.
Sekali lagi dihentakkannya penisnya sekeras mungkin kedalam vaginaku dan saat itu pula aku merasakan cairan hangat menyembur dari penis Rendy memenuhi rahimku.

Rendy pun mencabut jarinya dari lubang pantatku sebelum menarik penisnya keluar dari vaginaku setelah spermanya telah tertuang sepenuhnya kedalam rahimku. Aku tidak tahan lagi melawan rasa lelah tubuhku. Setelah mencapai orgasmeku itu tubuhku serasa kehilangan seluruh tenagaku. Aku pun jatuh lunglai tanpa tenaga di lantai kamar bu Diana. Rendy menghampiriku yang masih tergeletak lelah dan mencium bibirku sekali lagi dengan lembut sambil melumat bibirku. Aku menggerakkan bibirku membalas kecupan Rendy dengan pelan sebelum rasa lelah mengalahkanku sehingga aku pun tertidur kelelahan.

Aku terbangun saat kurasakan sentuhan lembut di pipiku. Saat aku membuka mataku, aku melihat Rendy sedang duduk disampingku yang kini terbaring di ranjang bu Diana. Aku masih berbusana pengantin lengkap seperti sebelumnya. Melihatku yang terbangun, Rendy segera membelai kepalaku dengan penuh kasih sayang. Aku merasa terkesan dengan perhatiannya, belaiannya terasa lembut melindungiku seolah menjawab perasaanku sebagai seorang wanita yang ingin dilindungi dan diperhatikan oleh seorang kekasih.

Akhirnya kusadari kalau aku telah jatuh cinta pada Rendy. Walaupun bisa disebut sebagai cinta terlarang antara guru dan murid, namun bagiku hal itu sekarang bukan lagi hambatan bagiku. Aku hanya ingin agar bisa bersama dengan Rendy selama mungkin. Lagipula, dialah yang telah membuatku menjadi pengantinnya dan merenggut keperawananku yang tadinya kujaga dengan baik demi calon suamiku dimasa depan. Jadi, wajar saja kalau dia berhak menerima cintaku.
“Erina, kamu akhirnya bangun juga…” panggil Rendy pelan.
“Ya, sayang…” jawabku manja sambil melihat wajahnya.
“Kamu suka tidak sama Rendy?” tanyanya dengan mimik cemas.
“Erina cinta Rendy kok! Erina mau jadi pengantin Rendy selamanya!” jawabku mantap.
“Benar?” tanyanya dengan ragu.
“Iyaa… kan Erina sudah jadi pengantin Rendy? Niih lihaat!” jawabku nakal sambil memamerkan gaun pengantinku.

Rendy tersenyum melihat tingkahku itu dan ia segera mencium bibirku. Sekali lagi kami berciuman diatas ranjang itu dan kali ini, tidak ada paksaan atas diriku untuk memadu kasih dengan Rendy. Perasaanku terhadap Rendy telah berubah seluruhnya menjadi perasaan cinta sepenuh hatiku. Sekarang aku adalah seorang pengantin wanita bagi seorang lelaki yang telah berhasil menaklukkan hatiku dengan kehebatannya bercinta denganku. Rendy juga tampak bahagia karena berhasil menjadikanku sebagai kekasih hidupnya. Ya, sekarang aku telah menjadi pengantin muridku, Rendy!

0 komentar:

Posting Komentar

◄ Posting Baru Posting Lama ►